Dari Kompor ke Komputer Cerita Ibu-Ibu Koperasi Melek Digital

Diperbarui 9 Jul 2025
Salin Link

Di balik asap dapur yang mengepul dan rutinitas harian yang tiada henti, siapa sangka bahwa para ibu rumah tangga anggota koperasi kini mulai melek digital? Di berbagai pelosok Indonesia, kita menyaksikan transformasi menarik: ibu-ibu yang dulunya hanya akrab dengan kompor, kini mulai mahir menggunakan komputer dan gawai untuk mengelola keuangan, berjualan online, hingga belajar strategi pemasaran digital. Inilah kisah inspiratif para perempuan tangguh yang memadukan peran domestik dan digital dengan semangat luar biasa.

Awalnya Ragu, Kini Jadi Ahli

Banyak dari ibu-ibu anggota koperasi dulunya tidak percaya diri dengan teknologi. Ponsel pintar hanya dipakai untuk WhatsApp-an, itu pun sekadar untuk komunikasi keluarga. Komputer terasa seperti alat rumit yang hanya pantas digunakan oleh anak muda atau orang kantoran. Namun, keadaan memaksa mereka untuk beradaptasi, terutama saat pandemi melanda dan hampir semua kegiatan beralih ke ranah digital. Melalui koperasi, mereka mulai diperkenalkan dengan pelatihan digital: cara menggunakan aplikasi keuangan, membuka toko online, hingga membuat konten promosi sederhana. Hasilnya? Luar biasa. Banyak dari mereka kini bisa mencatat transaksi usaha dengan aplikasi, mengatur stok, hingga menerima pembayaran digital melalui QRIS.

Peran Koperasi: Jembatan Transformasi Digital

Koperasi berperan penting sebagai fasilitator perubahan ini. Bukan hanya sebagai penyedia simpan pinjam, koperasi juga menjadi tempat belajar dan bertumbuh. Lewat pelatihan-pelatihan sederhana, ibu-ibu diberikan ruang untuk bertanya, mencoba, dan belajar tanpa rasa takut salah. MDS Cooperative, misalnya, rutin mengadakan kelas literasi digital bagi anggota perempuannya. Dengan pendekatan yang ramah dan praktis, para ibu dibimbing menggunakan aplikasi MDS untuk isi pulsa, token listrik, hingga transaksi QRIS. Tak hanya itu, mereka juga belajar membuat laporan keuangan digital dan memanfaatkan media sosial untuk promosi usaha rumahan seperti kue, kerajinan tangan, hingga jasa laundry.

Dari Dapur ke Dunia Digital

Cerita Bu Rini, anggota koperasi dari daerah pinggiran kota, adalah contoh nyata dari perubahan ini. Awalnya ia hanya berjualan kue dari mulut ke mulut. Namun setelah mengikuti pelatihan digital dari koperasi, ia mulai memotret produknya dengan rapi, membuat akun Instagram, dan menerima pesanan via online. Kini, omzetnya naik dua kali lipat, dan ia sudah bisa mengatur semua pemasukan-pengeluaran lewat aplikasi. Begitu juga dengan Bu Ani yang dulu hanya menerima pesanan jahit dari tetangga sekitar. Setelah belajar tentang marketplace dan aplikasi desain sederhana, ia kini menjual produk rajutannya secara daring, bahkan sudah beberapa kali kirim ke luar kota. Mereka adalah simbol dari transformasi: perempuan yang dulunya hanya dikenal sebagai "ibu rumah tangga" kini menjadi pelaku usaha digital skala kecil yang mandiri, percaya diri, dan siap bersaing.

Tantangan Masih Ada, Tapi Tak Menyerah

Tentu jalan menuju melek digital tidak selalu mulus. Banyak yang masih gagap teknologi, takut pencet tombol, atau bingung istilah-istilah baru. Namun semangat belajar dan saling dukung antaranggota menjadi modal utama. Di koperasi, mereka tidak berjalan sendiri. Ada komunitas, ada mentor, dan ada semangat gotong royong yang menguatkan.

Penutup: Melek Digital Bukan Soal Umur, Tapi Kemauan

Perjalanan dari kompor ke komputer bukan hanya tentang teknologi, tapi tentang perubahan mental dan keberanian untuk belajar. Ibu-ibu koperasi membuktikan bahwa usia bukan halangan untuk berkembang. Di tangan mereka, dapur tetap mengepul, tapi sekarang juga disinari cahaya dari layar komputer—tempat harapan, ide, dan masa depan lebih cerah bermula. Kisah mereka menginspirasi bahwa pemberdayaan perempuan bukan hanya wacana, tapi kenyataan yang bisa dibangun, dimulai dari koperasi. Karena ketika ibu-ibu melek digital, maka satu keluarga ikut maju, bahkan satu komunitas bisa tumbuh bersama.

Bacaan Lain